Magamon

Magamon. Bukan, itu bukan nama sejenis monster yang jadi musuhnya power ranjes. Magamon disini berati mahasiswa gagal move on. Semacam sebutan, atau sindiran lebih tepatnya, buat mahasiswa yang gak bisa-bisa move on dari mantannya. 

Sebenernya apasih move on itu?
Move on sendiri kalo sebagai adverb, dia didefinisikan sebagai :

1. to go or cause (someone) to leave somewhere
2. to progress; evolve: football has moved on since then.
3. (psychology) to put a difficult experience behind one and progress mentally or emotionally


Sayangnya, masyarakat kita cenderung mengecilkan ruang lingkupnya, sehingga move on seringkali dianggap sebagai proses melupakan orang yang pernah dicintai, atau pindah ke lain hati setelah putus dengan mantan kekasih. Pendapat ini tidak sepenuhnya salah. Namun, pada keadaan seperti apakah orang dikatakan sudah benar-benar move on? Saat punya pacar baru? Hmm.

Menurut saya, move on adalah suatu state ketika kita sudah ikhlas with the bad things we had in the past. Oke, move on bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan. Apalagi dengan semboyan tresna jalaran soko kulino (cinta karena terbiasa) pasti akan membuat kita merasa aneh ketika menjalani kegiatan tanpa dia, yang dulu pernah mengisi hari-hari dengan cinta #apabanget. Namun menjadi hal yang harus dilakukan, dengan alasan yang sederhana, save ourselves.

"Because in every relationship there comes a point when the damage is too much and no matter how good it once was, the memories can't sustain you. You have to save yourself knowing all the while it hurts like hell, because you can't keep giving someone everything if you get nothing in return."

Saya tidak mengatakan bahwa orang yang susah move on merupakan orang yang lemah. Namun bukankah kita harus tetap berusaha untuk melanjutkan hidup? Meneruskan renstra kehidupan dengan apapun kondisinya? Karena pada dasarnya masa lalu memang tidak akan pernah pergi, namun kitalah yang harus pergi meninggalkannya.

PS : Tulisan ini sebagai bentuk penyampaian pendapat pribadi saja. Terinspirasi dari ocehan Rizki Fauzil dalam timeline Line saya kemarin. Tentunya semua bersifat subjektif. Bacanya sambil ngopi-ngopi aja biar gak salah paham.