My Internship Journey at PT. Pertamina RU IV #1

Here we go my story about having internship at PT. Pertamina RU IV Cilacap, Jawa Tengah.

Di kampus saya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, mahasiswa semester 6 akan disibukkan oleh kredit mata kuliah 2 sks yang harus dipenuhi yaitu mata kuliah Kerja Praktek (KP). Disini mahasiswa dituntut untuk mampu mengaplikasikan ilmu yang telah mereka dapatkan selama 6 semester belajar di bangku kuliah dengan terjun langsung ke sebuah perusahaan.

Lucky me, diberi kesempatan untuk magang di salah satu perusahaan BUMN terbesar di Indonesia, PT. Pertamina. Tepatnya di PT. Pertamina Refinery Unit IV, Cilacap, Jawa Tengah.

Sebelum lanjut, belakangan ini sering banget dapet pertanyaan jenis ini dari temen-temen, tante, om, dan keluarga besar pas family gathering..

Seasons of Love

One of my favourite love story written by Marissa Anita entitled Seasons of Love. Go check her website, you won't disappointed :)

Source : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/29/Autumn_in_Dresden.jpg

Falling in love feels so good.

It’s that feeling when cupids pierce you with their endorphine-laden arrows. There is no other way but up even when things may you bring down. You have no time to feel blue as you fill your mind with the thought of him or her. His coo. Her laughter. What ecstasy.

Cilacap Bercahaya

Demi memenuhi mata kuliah wajib Kerja Praktek dengan bobot 2 sks, saya dan dua orang teman pergi ke kota Cilacap, Jawa Tengah untuk melaksanakan kerja praktek di PT. Pertamina Refinery Unit IV. Sebenarnya ada satu lagi teman kami yang seharusnya ikut, namun karena satu dua hal akhirnya dia mengundurkan diri dan kami bertiga yang berangkat.

Tujuan utama kami adalah untuk mencari kos sebagai tempat tinggal sementara selama kami kerja praktek. Kerja prakteknya sendiri baru dimulai pada Juni akhir hingga bulan Agustus. Kami bertiga berangkat dengan menggunakan kereta kelas ekonomi Logawa dengan rute Surabaya-Purwokerto dengan harga Rp.80.000,- per orang.

Kereta berangkat pada pukul 09.15 dari Surabaya Gubeng. Karena miss communication, hingga akhirnya berujung pada salah stasiun dan harus lari-lari biar gak ketinggalan kereta. HUFT. Tapi alhamdulilah lah ya, kami akhirnya duduk manis di kereta hingga 9 jam kedepan.

Mt. Penanggungan 1.653 mdpl

"Puncak hanyalah tujuan semu, tujuan sebenarnya adalah kembali ke rumah dengan selamat"

Selepas UTS (ujian tidak serius) (ujian tengah semester), saya bersama kelima teman memutuskan untuk muncak. Gara-garanya kami gagal berangkat camping bersama calon keluarga baru, hingga akhirnya kami memutuskan untuk pergi camping sendiri. Rencana fix baru diputuskan Kamis sore, sedangkan kami berangkat Jum'at siang. Jadilah persiapan dilakukan agak keteteran. Dari mulai cari tenda, matras, carrier, nesting, dan perlengkapan standar muncak lainnya. Untungnya kami punya Niken, anak siklus. Jadilah semua perlengkapan nebeng siklus. Cuma matras aja yang sewa di Puncak Jaya, deket terminal Bratang.

Setelah belanja makanan dan menyiapkan perlengkapan, kami berkumpul di rumah Allan dulu sebelum berangkan ke trawas. Kami berangkat berlima dengan komposisi 3 cowok dan 2 cewek. Hanya satu orang yang bawa carrier, sedangkan keempat lainnya bawa daypack isi perlengkapan pribadi. Tepat bada ashar kami on the way ke Trawas untuk menuju gerbang pendakian Penanggungan via Jolotundo.

Sekitar pukul 05.00 sore kami sampai di Jolotundo. Setelah regristrasi parkir motor dan membayar tiket masuk pendakian Rp. 8.000,- per orang, dimulailah perjalanan kami ke Puncak Pawitra, Gunung Penanggungan 1653 mdpl. Perjalan awal menyenangkan! Karena jalur trekking lumayan datar dan ditambah dengan tenaga yang masih full. Matahari perlahan turun, kami bersiap memakai headlamp untuk menerangi jalur pendakian. Estimasi sampai puncak bayangan kira-kira pukul 10 malam. 

Entah ada apa dengan saya. Saya selalu saja kena masuk angin setiap naik gunung. Jadilah saya sempat istirahat lama gara-gara muntah-muntah di jalur pendakian. Tapi untung sakitnya nggak lama-lama, setelah minum tolak angin badan saya balik fit. Setelah masalah badan selesai, muncul lagi masalah baru. Masalahnya adalah jalur trekkingnya itu lho....... hell banget. Kami tertipu dengan label ketinggian yang (hanya) 1653 mdpl dan testimoni mantan-mantan pendaki Penanggungan.
"Trekkingnya bentar kok pik, cuma 3 jam"  
"Jalur trekkingnya gak jauh-jauh dari Ijen kok pik.."
WOY! Gak jauh-jauh dari Ijen dari hongkong? Tanahnya lumpur lembek dan jalurnya nanjak banget, ditambah banyak banget batu-batu gede, serta minim petunjuk menuju puncak. Jalur pendakian ke puncak banyak banget percabangan. Hanya percabangan di awal-awal yang ada pentunjuk ke puncaknya. Selebihnya? Wallahualam :) ngikut feeling dan perasaan aja #ea #baper

Habis jalan sejaman, hujan turun. Hujannya gerimis-gerimis romantis gitu, tapi asli nyusahin. Kami memutuskan pake jas hujan demi menyelamatkan perlengkapan dan baju yang kami pakai. Masalah baru muncul lagi. Salah satu teman kami, Allan, urat betisnya ketarik. Jadilah dia gabisa jalan. Tiap jalan selangkah mringis-mringis kesakitan. Kitapun bingung kudu gimana. Udah dikasih conterpain tapi tetep aja gak ngaruh. Jadilah kami istirahat lebih sering dan membesarkan hati Allan dengan ngomong "Kita jalannya santai-santai aja kok, selow aja mau sampe puncak jamberapa" :)))))

Puncak bayangan Mt. Penanggungan

#DearMe


Dear Me,
I'm the new you.
Someone who much much much better than you before.
It's been long time since we don't talk to each other.
How was your day? I hope you're doing well.

I heard you like a bad boy.
That boy who act like he don't care about you, which makes you try harder to make he like you.
That boy who wouldn't reply to your text until later on, which makes you wait around and miss him more.
That boys who act distant from you, which makes you try harder to get his attention.
That boy who know he can get a lot of girls, which makes you more afraid to lose him.
That boy who would show you he's interested one day then act different next day, which makes you too confused to make decision to leave him. Less, which makes you stuck and not being able to move on just because you care too much to him.

Has anyone ever told you that you deserve better than that? I'm sure you probably have, a lot.
And you know what? It's about time to realize that.
If  that boy like you, he'll meet you halfway. Simple as that.
Don't settle for a bad boy when you deserve a good man.

Sincerely,
The new you.


Someone told me, "Rough time is like chewing gum. The more you chew, the more tasteless it will get. So what you do if you're chewing a tasteless gum? You spit it away, then eat mentos from kembaliannya Indomaret"

Hello 21!

Welcome to the club!
Welcome 21!
Happy birthday, Ulvi Rahma Isnaini :)

Kyaaa, ulang tahun lagiiiii. Tanggal 15 Januari untuk yang ke-21 kali ya. Alhamdulilah. All praises is due to Allah.

Surprise ulang tahun kali ini sedikit berbeda. Mungkin karena lagi musim liburan, jadilah saya gak ketemu temen-temen. Notification birthday di facebook pun saya hide. Gak tau deh kenapa. Lagi pengen ulang tahun sendirian tanpa diganggu hehe. Lagian malu juga kalo nambah umur tapi kelakuan gak bisa nambah baik.

Greenbay, Banyuwangi.

Greenbay terletak di desa Sarongan, kecamatan Pesanggaran. Berjarak sekitar 90 km arah selatan kota Banyuwangi. Untuk menuju ke tempat ini, kita bisa mengikuti arah menuju Pesanggaran-Sarongan-Sukamade, menuju ke Taman Nasional Merubetiri dulu, baru dilanjutkan ke Greenbay.

Beberapa hari yang lalu, saya bersama 7 orang teman memutuskan untuk mengunjungi tempat ini karena sudah sumpek dengan hati kota yang makin hari makin ruwet. Perjalanan dari Banyuwangi kota ke Merubetiri memakan waktu kurang lebih 4 jam. Sebenernya kalo dibilang jauh ya lumayan, tapi nggak jauh-jauh amat sih. Jalannya itu lho.. rusak parah, apalagi lagi musim hujan. Jadilah memakan waktu lebih banyak. Kalo udah sampe pos 1, kita bakal nemu gerbang. Disini ada penjaganya, kita diminta buat ngisi buku tamu dulu, sama bayar Rp.20.000,- baru bisa lanjut perjalanan.

Sumenep, Madura.

Holiday is coming town! Yippieeeeeeee....
Akhirnya.. setelah 16 minggu ngurusin kuliah, himpunan, hati, akhirnya liburan jugaaa hoho
Sebenernya ada beberapa plan buat liburan kali ini, tp rilis yang sudah jalan saja yah, nanti kalo udah ngomongin yang belom kejadian nanti dibilang ratu wacana hiks

Jadi kemarin hari Senin, saya dan Laras, Eka, Kiki, pergi ke Sumenep. Tujuan utama nya mau ke Gili Labak, tapi apa daya cuaca lagi gak bagus, dan gak ada kapal yang mau angkut kita.. ya jadilah kami pindah ke plan B --> muter-muter Sumenep aja.

Kami berangkat dari Surabaya jam 7 pagi, ke Madura via Suramadu. Jarak Surabaya-Sumenep gak bisa dibilang deket juga. Sekitar 4-5 jam kami baru nyampe Sumenep setelah menempuh Bangkalan-Sampang-Pamekasan-Sumenep.

Sampe Sumenep kami ke rumah Fika dulu biar dikasih makan biar enak bisa taruh barang-barang, jadi kemana-mana bagasinya lebih enteng karena tasnya udah diturunin. Setelah istirahat bentar dan menimbang dan memilih mau kemana, akhirnya kami memutuskan buat ke Kapur Putih. Ini sebenernya bukan objek wisata, tapi kayanya bagus dibuat foto-foto :p sekalian juga karna sejalan sama pantainya. 

Abu-Abu Itu Milik Sabtu.


Untuk beberapa bulan yang sudah berlalu,
I have enough. I do enough.

10 Januari 2015,
Sudah sepuluh hari berlalu sejak kalender berganti, orang-orang bijak menyambutnya dengan menciptakan resolusi-resolusi baru sebagai upaya perbaikan diri. Sudah sepuluh hari berjalan di bulan Januari, nampaknya ia masih setia menyimpan banyak kejutan-kejutan manis. Bak menunggu kejutan dari orang-orang terdekat saat pergantian usia, saya tidak sabar menanti apa yang akan terjadi.

Rindu

Apalah arti memiliki,
Ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?

Apalah arti kehilangan,
Ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan,
Dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?

Apalah arti cinta,
Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah?
Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?

Wahai, bukanlah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan?
Dan tidak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu?
Hingga rindu dan melupakan jaraknya setipis benang saja.

Tere Liye, dalam Rindu.