Cilacap Bercahaya

Demi memenuhi mata kuliah wajib Kerja Praktek dengan bobot 2 sks, saya dan dua orang teman pergi ke kota Cilacap, Jawa Tengah untuk melaksanakan kerja praktek di PT. Pertamina Refinery Unit IV. Sebenarnya ada satu lagi teman kami yang seharusnya ikut, namun karena satu dua hal akhirnya dia mengundurkan diri dan kami bertiga yang berangkat.

Tujuan utama kami adalah untuk mencari kos sebagai tempat tinggal sementara selama kami kerja praktek. Kerja prakteknya sendiri baru dimulai pada Juni akhir hingga bulan Agustus. Kami bertiga berangkat dengan menggunakan kereta kelas ekonomi Logawa dengan rute Surabaya-Purwokerto dengan harga Rp.80.000,- per orang.

Kereta berangkat pada pukul 09.15 dari Surabaya Gubeng. Karena miss communication, hingga akhirnya berujung pada salah stasiun dan harus lari-lari biar gak ketinggalan kereta. HUFT. Tapi alhamdulilah lah ya, kami akhirnya duduk manis di kereta hingga 9 jam kedepan.

9 jam.
Iya 9 jam.

Baru sadar emang kalo Cilacap ternyata jauh banget dari Surabaya. Untung aja sih sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan-pemandangan cantik. Dari mulai gunung, sawah, sungai sampe pedesaaan. Belum lagi banyak adek-adek kecil rese yang berisik banget sepanjang perjalanan wkwk. Somehow itu yang bikin seru. Serunya naik kereta ekonomi adalah kita jadi ada kesempatan buat ngobrol sama orang-orang baru. Sekedar nanya “Turun mana, mbak?” sampe curhat tentang masalah kerjaan atau keluarga.

Seiring senja yang mulai turun, sampailah kami di Stasiun Kroya. Karena perjalanan menuju Pertamina masih jauh banget dan kami gak tau medan, akhirnya kami memutuskan untuk menginap di deket Stasiun. Kami menginap di Hotel Srandil, sekitar 50m ke kanan dari stasiun Kroya. Semalam di hargai Rp.60.000,-. Terserah mau diisi berapa orang, gak ada yang namanya kena charge kaya hotel-hotel di kota besar. Nggak usah tanya keadaannya gimana ya. Yang penting bisa bobok aja deh. Aku aja gak sampe hati mau nge-foto wkwk.

Gambar diambil dari Google
Keesokan harinya kami bangun pagi banget, langsung bersiap menuju Pertamina. Semua barang kami tinggal di hotel, cuma bawa satu daypack isi barang-barang berharga. Perjalanan dimulai dengan jalan menuju jalan gede di ujung gang, dilanjut dengan bis ¾ turun terminal Cilacap dengan harga Rp.10.000 per orang. Dari terminal kami harus nyebrang jalan dulu, trus naik angkot dengan harga Rp.4.000,- per orang. Sesungguhnya kami bingung, karena ternyata Pertamina-nya gede banget :’). Kami bingung harus turun dimana. Tapi rule pertama main ke kota orang adalah: jangan keliatan bingung, jadilah kami pasang tampang sok cool. Sampe akhirnya ada mbak-mbak yang ngamatin kita, lalu bertanya :

“Bukan orang ngapak ya, mbak?”
“Eh iya, dari Surabaya, mbak”
“Kesini mau ngapain?”
“Cari kosan mbak, buat Kerja Praktek di Pertamina..”

Gambar diambil dari Google

Gambar diambil dari Google

Gambar diambil dari Google

Obrolan tersebut berlanjut hingga akhirnya mbak-nya ngasih petunjuk mengenai tempat kos di deket Pertamina. Ya kaya Keputih-nya ITS gitu lah. Gak di-nyana ternyata ada Bapak pegawai Pertamina yang duduk di bangku depan deket Supir. Dari Bapak itulah kami diberi gambaran lebih jelas mengenai keadaan Pertamina. Kami turun sesuai arahan Bapak tadi, dan mulai jalan menyusuri gang-gang buat cari kosan. Dora the Explorer banget ya :’)

Serumah dua rumah udah kami tanyain “Buka kosan nggak, Mbak?” tapi kami tak kunjung mendapat jawaban yang memuaskan. Apa emang kita yang rewel ya wkwk. Kosan pertama, 500ribu sekamar isi 2 orang, udah ada dapur dsb, tapi gelap. Gagal. Kosan kedua ada di atas Warung Padang, 500rb sekamar isi 2 orang, bagus, terang, tapi kamar mandi luar dan kosan campur cewe cowo. Gagal juga. Ohya, disini kosan hampir semuanya campur. Jangan harap ada kosan cewek atau cowok. Kosan ketiga, keempat, kelima gitu seterusnya.

Hayati lelah.
Mana Cilacap panas banget gak ketulungan.

Jadilah kami duduk-duduk cantique di Alfamart. Sambil mikirin kudu gimana setelah ini. Akhirnya kami memutuskan buat balik lagi ke jalan Thamrin, tempat pertama yang kami datengin. Ada Bapak yang buka usaha potong rambut, setelah kami tanya-tanya, Bapaknya menjelaskan dengan semangat, dan nawarin kita buat bawa motornya dia buat muter-muter.

Bawa motornya.
Iya, bawa motornya dia.

Buset dah baik banget Bapak ini :’ Padahal kenal aja enggak sama kita-kita. Kami tolak karena sungkan. Gak jauh dari tempat si Bapak, ada Ibu-Ibu yang dari tadi mengamati kami, lalu kami disamperin. Ngobrol-ngobrol bentar dan kami disuruh mampir rumah si Ibu. Kami kira disuruh mampir biar ngobrolnya enak, nggak di pinggir jalan gitu, eh pas kami duduk tiba-tiba Ibuknya ambil motor lalu pergi nyariin kita kosan.

Nyariin kita kosan.
Kita duduk cantik plonga-plongo di rumah Ibuknya.
Kenal aja enggak.
Kalo kita rampok gimana bu :’)

Gak lama Ibuknya balik, lalu nganter kita ke kosan yang dimaksud. Dan kami langsung cocok sama kosan yang ditunjukin Ibuknya. 650ribu sekamar isi dua. Jadi seorang bayar 325ribu. Kamar mandi dalem, kasur, meja belajar, lemari. Cocok banget lah. Duh makasih banyak Ibuuuk *pelukin*


Sehabis DP kosan, kami balik lagi ke Alfamart, duduk-duduk lagi sambil makan eskrim. Sambil mikirin mau kemana. Akhirnya kami memutuskan naik angkot menuju alun-alun. Sambil makan es dawet, mie ayam, trus balik lagi ke hotel, dan besok paginya balik ke Surabaya pake kereta jam 6 pagi :)

Kesimpulan : Orang Cilacap baik-baik.

Dah.