Hutan Mati, salah satu kawasan paling eksotis yang ada di Gunung Papandayan, adalah sebuah padang luas yang menampilkan pohon-pohon kering yang terbentuk akibat letusan Gunung Papandayan pada tanggal 11-12 Agustus 1972 silam. Letusan ini sangat dahsyat, mengubur empat puluh desa dan ribuan penduduk ke dalam danau vulkanik Gunung Papandayan. Meskipun menyimpan cerita yang mengerikan, kini Hutan Mati justru menjadi daya tarik bagi pendaki Gunung Papandayan. Batang-batang pohon yang hitam dan mengering, ketika berpadu dengan tanah kapur putih justru menghasilkan pemandangan yang menawan.
Hutan Mati pasti dilewati oleh pendaki yang hendak menuju Tegal Alun. Perjalanan menuju Hutan Mati dapat ditempuh dalam waktu 15-20 menit dari Pondok Salada dengan berjalan santai. Jalur treking menuju Hutan Mati relatif landai, meskipun ada tanjakan di beberapa titik yang cukup bikin badan gerah. Saya dan tim kemarin mengunjungi Hutan Mati pada sore hari, setelah mendirikan tenda, makan siang, dan sholat Dhuhur Ashar. Kata mamang yang punya warung, hutan mati adalah salah satu spot bagus untuk melihat sunrise dan sunset di Gunung Papandayan. Rencana awal untuk melihat sunset akhirnya batal dilakukan karena kami mager. Kembali ke Pondok Salada sebelum senja dan berujung pada nongkrong dan ngobrol banyak tentang kehidupan dengan Mang Asep, yang punya salah satu warung di Pondok Salada. Warung-warung di Pondok Salada menawarkan berbagai macam pilihan makanan. Dari mulai nasi goreng, bubur kacang hijau, sampai cilok. Iya, cilok. Dan kita juga bisa charge handphone atau kamera disini (tapi tidak semua warung punya genset ya).