Menikmati Sumbing dan Sindoro dari Prau, 2.565 mdpl

Sumbing dan Sindoro dari Prau
Sumbing dan Sindoro dari Prau

Dua minggu setelah mendaki Gunung Papandayan, notification di WhatsApp group kembali ramai dengan rencana pendakian Gunung Prau yang terletak di Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Ajakan itu langsung diiyakan karena emang udah lama pengen ke Prau, dan tiga tahun lalu pas ke Dieng nggak sempet kesana. Rencana awal buat berangkat naik kereta/bis ujung-ujungnya gagal karena jadwalnya nggak cocok sama jadwal kita para budak korporat ini. Akhirnya kami memilih buat sewa mobil, sepaket sama supirnya, buat transportasi dari Jakarta ke base camp pendakian Gunung Prau.

Jumat jam 10 malam dengan meeting point di Stasiun Manggarai, berangkatlah kita berlima menuju base camp Gunung Prau via Patak Banteng. Perjalanan yang jika dilihat di Google Maps cuma memakan waktu 8 jam, ternyata jauh lebih lama dari itu. Macet di Tambun, Tol Cikampek, sampe masalah teknis lainnya yang bikin perjalanan jauh lebih lama dari seharusnya. Kami sampai di base camp Patak Banteng jam 2 siang keesokan harinya, which is memakan waktu kurang lebih 15 jam.

Patak Banteng adalah jalur tercepat untuk bisa sampai ke puncak Prau dengan estimasi waktu pendakian 3-4 jam. Setelah sholat Dhuhur Ashar dan repacking carrier, berangkatlah kami menuju puncak Gunung Prau 2.565 mdpl. Sebelum memulai pendakian, semua pendaki wajib mendaftarkan dirinya di base camp dan membayar SIMAKSI (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi) sebesar Rp.11.000,-/pendaki (September 2018).

Pendakian menuju puncak Prau mewati 3 pos. Perjalanan dari base camp menuju pos 1 dibuka dengan melewati perkampungan warga Patak Banteng dan dilanjutkan dengan melewati sawah dan perkebunan warga. Masih banyak ditemui warung yang menjual beberapa jajanan seperti gorengan, semangka, es atau kopi. Oh iya, ada juga alternatif naik ojek sampe pos 1 buat yang mau nyimpen tenaga hehehe.


Dieng, Wonosobo

Lanjut, perjalanan dari pos 1 sampe puncak didominasi oleh tanjakan yang minim bonus. Sebagai gambaran, buat yang udah pernah ke Cikuray, nah jalur trekingnya mirip itu tapi memang waktu tempuhnya nggak selama Cikuray. Sangat penting untuk menggunakan sepatu yang aman, dan sebisa mungkin jangan pake sneakers. Prau adalah gunung yang cukup ramai karena mungkin tidak terlalu tinggi dan cenderung ramah bagi pendaki pemula. Namun tetap jangan kesampingkan urusan keselamatan ya. Sibuk selfie dan live Instagram trus masuk jurang kan nggak lucu.

Camping Ground Prau

Camping Ground Prau
Pasar Prau lol

Kami sampai puncak pukul 17.30, langsung mendirikan tenda dan memasak makan malam. Saat itu langit lagi cerah. Bintang dan milky way keliatan cakep banget. Nggak salah memang kalo orang-orang ngomong Prau adalah salah satu spot terbaik buat liat milky way, asal nggak ketutup kabut ya. Buat yang pengen motret milky way, make sure udah setting tripod dan kamera sebelum kabut turun. Daripada pundung macam diriku yang nungguin milky way sampe jam setengah 11 malem dan ujung-ujungnya tetep nggak ilang-ilang kabutnya hiks.

Sunrise di Prau cantik banget. Dari sini kita bisa lihat matahari terbit dengan background Gunung Sumbing, Sindoro, dan Slamet. Meskipun angin kenceng dan dingin banget, that was one of the best sunrise that I've ever seen

Sumbing dan Sindoro

Sunrise di Prau

Sunrise di Prau


Pas udah terangpun juga tetep nggak kalah cantiknya. Ada yang sadar nggak sih, kalo Gunung Sumbing dan Sindoro tuh yang dijadiin logo Aqua hehe. Btw, kemarin pas kita disini nggak tau kenapa anginnya kenceng parah. Dan bawa debu halus jadi bikin mata kelilipan dan tenda kotor gitu. Jadi mungkin bisa dijadiin persiapan yang mau kesini buat bawa buff dan kacamata item.


Pagi di Gunung Prau

Pagi di Gunung Prau

Pagi di Gunung Prau

Perkebunan di Prau
Sang pendaki amatiran

P.S:
1. Jika memungkinkan, mending mendaki pas weekday karena weekend serame itu.
2. Buat yang butuh trasport dari Jakarta ke base camp bisa kepoin @mau.travel (Instagram) (ini tidak di-endorse)