Perjalanan dinas ke Pontianak di jadwalkan pada 17-19 September 2018. Dengan durasi hanya tiga hari, ditambah ini bukan liburan, maka dari awal sudah kuniati perjalanan ini untuk fokus dengan tugas kantor pada kebiasaan masyarakat disana. Karena hampir bisa dipastikan nggak mungkin bisa jalan-jalan jauh macam ke Kuching. Padahal udah deket banget hiks. Ada pilihan bus atau pesawat dengan rate 500 ribu rupiah dari PNK-KCH.
Penerbangan dari Jakarta-Pontianak ditempuh dalam waktu 1 jam 15 menit. Kesan pertama yang kudapati saat pertama kali landing di Pontianak adalah panas. Wajar memang jika Pontianak terasa panas, secara kota ini terletak tepat di bawah garis Kathulistiwa, yang tepatnya ada di Pontianak Utara. Setelah beresin kerjaan, finally di hari kedua aku bisa main-main ke Tugu Kathulistiwa yang merupakan landmark dari kota ini.
Tugu Kathulistiwa sendiri terletak di Jl. Khatulistiwa, Siantan, Kecamatan Pontianak Utara. Tugu ini cukup jauh dari pusat kota, dapat ditempuh menggunakan mobil/motor dengan memakan waktu sekitar 1,5 jam arah utara. Untuk menuju kesini, kita harus menyebrangi sungai Kapuas. Alternatif yang bisa dipilih adalah dengan naik kapal ferry dari Alun-Alun Kapuas atau dengan melewati Jembatan Kapuas 1. Orang-orang sini sering nyebut Jembatan Kapuas 1 dengan sebutan Jalan Tol, sama seperti orang Medan yang nyebut semua motor dengan sebutan Honda.
Aku kemarin memilih untuk menyebrang Sungai Kapuas dengan menggunakan kapal ferry karena liat Jembatan Kapuas 1 di Google Maps macet banget. Harga tiket yang harus dibayar untuk ferry sekali jalan adalah Rp. 22.500,- (September 2018). Kalo mau naik ferry ini harus siap antri juga sih sebenernya, karena ternyata sekali jalan ferry-nya cuma bisa nampung lima belasan mobil dan truk sayur. Jarak tempuhnya nggak lama, cuma 15 menitan sampailah kita ke sebrangnya Sungai Kapuas. Kocak sih asli ternyata deket banget lol.
Turun dari kapal ferry, masih harus dilanjutkan dengan perjalanan darat selama 15 menit menggunakan mobil dan sampailah kita ke Tugu Kathulistiwa. Tidak ada biaya untuk masuk ke kesini, hanya bayar biaya parkir Rp. 8.000,- per mobil (September 2018).
Tugu Kathulistiwa berbentuk seperti Tugu Pahlawan di Surabaya, dimana di dalamnya terdapat replika tugu dengan ukuran yang lebih kecil dan museum mini yang menampilkan informasi terkait asal mula dan perkembangan Tugu Kathulistiwa dari waktu ke waktu. Di dalam tugu juga terdapat pegawai Pemerintah Daerah (Pemda) yang menyapa pengunjung dan memberikan informasi singkat terkait Tugu Kathulistiwa. Pengunjung yang datang juga bisa mendapatkan Piagam Perlintasan Kathulistiwa dengan mengisi buku pengunjung. Sayang kemarin waktu kesini lagi gerimis, jadi nggak bisa foto tugunya dari luar.
Tugu Kathulistiwa berbentuk seperti Tugu Pahlawan di Surabaya, dimana di dalamnya terdapat replika tugu dengan ukuran yang lebih kecil dan museum mini yang menampilkan informasi terkait asal mula dan perkembangan Tugu Kathulistiwa dari waktu ke waktu. Di dalam tugu juga terdapat pegawai Pemerintah Daerah (Pemda) yang menyapa pengunjung dan memberikan informasi singkat terkait Tugu Kathulistiwa. Pengunjung yang datang juga bisa mendapatkan Piagam Perlintasan Kathulistiwa dengan mengisi buku pengunjung. Sayang kemarin waktu kesini lagi gerimis, jadi nggak bisa foto tugunya dari luar.
Replika Tugu Kathulistiwa |