Rencana pendakian Gunung Kerinci sudah digaungkan dari jauh-jauh hari. Harga tiket pesawat yang cenderung fluktuatif (read: mahal sekali) sempat membuat kami berpikir ulang apakah pendakian ini tetap worthy atau nggak untuk dijalankan. But lucky us! Thanks to maskapai yang sempat menurunkan harga tiket beberapa menit, wifi kantor yang kenceng, dan hape butut yang masih bisa diajak rebutan kursi tiket pesawat, jadilah kita berangkat ke Kerinci via Padang.
Bertepatan dengan pesta demokrasi rakyat Indonesia, perjalanan ke Gunung Kerinci dimulai pada tanggal 17 April 2019. Flight HLP-PDG jam 17.10 ditempuh dalam 1 jam 30 menit. Setelah landing di Bandara Internasional Minangkabau, perjalanan dilanjutkan via darat dengan tujuan basecamp pendakian gunung Kerinci yang ditempuh dalam waktu 9-10 jam. Akses paling mudah adalah dengan sewa mobil/travel dengan harga per orang/per mobil yang bisa disesuaikan dengan kondisi dan jumlah rombongan. Detail terkait budget akan dijelaskan di post selanjutnya. Disarankan untuk melakukan reservasi karena tidak akan ditemukan travel yang menawarkan jasanya di bandara.
Setiap pendaki harus melakukan registrasi dan membayar SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) di Pusat Informasi R.10 yang berada kurang lebih 10 menit menggunakan pickup dari Tugu Macan. SIMAKSI Gunung Kerinci, yang masuk ke dalam Taman Nasional Kerinci Seblat, dipatok dengan harga Rp 5.000,- per hari/per pendaki (April 2019). Pendaki juga harus menuliskan nama, nomor hp, kontak yang bisa dihubungi dalam keadaan darurat, dan menitipkan KTP asli yang ditukar dengan trash bag yang diberikan oleh petugas. Saat pulang, KTP asli yang dititipkan ditukar dengan sampah yang dibawa turun usai pendakian.
Untuk menuju puncak Indrapura, Gunung Kerinci 3.805 mdpl, ada beberapa pos dan shelter yang harus dilewati. Urutannya adalah Pintu Rimba - Pos 1 - Pos 2 - Pos 3 - Shelter 1 - Shelter 2 - Shelter 3 - Tugu Yudha - Puncak Indrapura. Dari Pusat Informasi R.10 ke Pintu Rimba bisa ditempuh dengan naik pickup dengan tarif Rp 10.000,- (April 2019) atau berjalan kaki sekitar 7 km. Ada beberapa pilihan camping area dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
- Shelter 1. Tempat ini cukup oke digunakan sebagai tempat camping karena luas dan datar. Namun kekurangannya adalah jaraknya masih jauh banget dari puncak. Nggak reliable kalo misal mau summit attack dari shelter 1.
- Shelter 2. Tempatnya cenderung sempit dan miring. Nggak boleh kemaleman sampe sini karena bisa-bisa nggak kedapetan tempat gelar tenda. Jarak shelter 2 ke puncak sekitar 4-5 jam. Kalo mau summit attack dari shelter 2 bisa mulai jalan kurang lebih dari jam 2 malam.
- Shelter 3. Aku personally nggak saranin karena medan treking dari shelter 2 ke shelter 3 semi manjat pohon jadi susah dan bahaya kalo bawa carrier. Shelter 3 yang cenderung terbuka (nggak ada pohonnya) bisa jadi masalah kalo lagi ujan deres atau tiba-tiba badai.
Pintu Rimba - Pos 1
Perjalanan dari Pintu Rimba ke Pos 1 kurang lebih ditempuh selama 45-60 menit, jalur yang dilalui cenderung datar, tapi banyak lumpur dan akar pohon.
Perjalanan dari Pintu Rimba ke Pos 1 kurang lebih ditempuh selama 45-60 menit, jalur yang dilalui cenderung datar, tapi banyak lumpur dan akar pohon.
Pos 1 - Pos 2
Ditempuh selama 45-60 menit, jalur yang dilalui masih sama.
Ditempuh selama 45-60 menit, jalur yang dilalui masih sama.
Pos 2 - Pos 3
Ditempuh selama kurang lebih 1 jam. Jalur yang dilalui mulai beragam, dari datar hingga tanjakan namun masih tergolong mudah. Ditemui pula beberapa pohon tumbang yang membuat pendaki harus mengambil langkah tinggi. Dan karena udah mulai masuk hutan, sepanjang perjalanan bila kita beruntung, kita akan menemui tupai atau berjalan diiringi kicauan burung.
Ditempuh selama kurang lebih 1 jam. Jalur yang dilalui mulai beragam, dari datar hingga tanjakan namun masih tergolong mudah. Ditemui pula beberapa pohon tumbang yang membuat pendaki harus mengambil langkah tinggi. Dan karena udah mulai masuk hutan, sepanjang perjalanan bila kita beruntung, kita akan menemui tupai atau berjalan diiringi kicauan burung.
Pos 3 - Shelter 1
Mulai dari sinilah menurut saya "pendakian sebenarnya" dimulai. Jalur yang dilalui lebih sering tanjakan dibanding jalan datar. Langkah kaki semakin tinggi. Dengkul udah mulai ketemu dada tapi masih manusiawi. Waktu tempuh semakin lama, sekitar 1,5-2 jam. Treking akan semakin berat ketika hujan turun.
Mulai dari sinilah menurut saya "pendakian sebenarnya" dimulai. Jalur yang dilalui lebih sering tanjakan dibanding jalan datar. Langkah kaki semakin tinggi. Dengkul udah mulai ketemu dada tapi masih manusiawi. Waktu tempuh semakin lama, sekitar 1,5-2 jam. Treking akan semakin berat ketika hujan turun.
Shelter 1 - Shelter 2
Inilah jalur yang sering disebut "ujian"-nya Gunung Kerinci. Shelter 1 ke shelter 2 adalah trek terpanjang dengan waktu tempuh 3-4 jam. Jalur yang dilalui adalah tanjakan tanpa ampun. Tak jarang kita harus berpegang pada akar pohon untuk mengangkat beban tubuh. Akan ditemui juga beberapa pohon tumbang yang mengharuskan pendaki merunduk atau melompatinya. Terdapat pula jalur yang sangat sempit sehingga kaki kanan dan kiri harus bergantian melangkah karena jalur yang membelah gunung. Ketika hujan turun, jalur pendakian akan berubah menjadi jalur air (read: sungai) dengan lumpur yang cukup dalam.
Inilah jalur yang sering disebut "ujian"-nya Gunung Kerinci. Shelter 1 ke shelter 2 adalah trek terpanjang dengan waktu tempuh 3-4 jam. Jalur yang dilalui adalah tanjakan tanpa ampun. Tak jarang kita harus berpegang pada akar pohon untuk mengangkat beban tubuh. Akan ditemui juga beberapa pohon tumbang yang mengharuskan pendaki merunduk atau melompatinya. Terdapat pula jalur yang sangat sempit sehingga kaki kanan dan kiri harus bergantian melangkah karena jalur yang membelah gunung. Ketika hujan turun, jalur pendakian akan berubah menjadi jalur air (read: sungai) dengan lumpur yang cukup dalam.
Shelter 2 - Shelter 3
Jalur ini membutuhkan waktu 2 jam. Walaupun pemandangan jalur ini sangat indah, namun medan yang harus ditempuh terbilang cukup ekstrim. Secara umum jalurnya mirip dengan shelter 1 ke shelter 2 namun tak jarang pendaki harus memanjat pohon untuk tetap terus melangkah, tanah yang lebih tinggi dari langkah kaki, berjalan di tengah akar pohon, sampai jarak kanan dan kiri hanya untuk 1 kaki. Setiap pendaki harus melangkah dengan sangat hati-hati.
Jalur ini membutuhkan waktu 2 jam. Walaupun pemandangan jalur ini sangat indah, namun medan yang harus ditempuh terbilang cukup ekstrim. Secara umum jalurnya mirip dengan shelter 1 ke shelter 2 namun tak jarang pendaki harus memanjat pohon untuk tetap terus melangkah, tanah yang lebih tinggi dari langkah kaki, berjalan di tengah akar pohon, sampai jarak kanan dan kiri hanya untuk 1 kaki. Setiap pendaki harus melangkah dengan sangat hati-hati.
Shelter 3 - Tugu Yudha - Puncak
Setelah melewati batas vegetasi, treking didominasi dengan pasir dan bebatuan. Yang harus diwaspadai adalah kabut tebal yang seringkali turun, jadi rombongan tidak boleh terpisah terlalu jauh agar bisa saling menjaga. Belerang juga mulai tercium di atas jam 9 pagi. Setiap pendaki harus selalu aware dengan lingkungan. Kita bisa melihat tanda belerang dari batu. Jika batu berubah menjadi merah, maka itu berarti belerangnya mengandung racun. Setiap pendaki harus segera turun, tidak panik, usahakan nafas dengan berdiri, dan jangan lupa memakai buff.
Pendakian saya dan tim kemarin terasa berat karena hujan mengiringi kami sejak dari pos 3. Hujan yang turun membuat medan lumpur menjadi licin hingga menenggelamkan sepatu, merubah jalur pendakian menjadi jalur air, jarak pandang terbatas, dingin, dsb. Salah satu hal yang harus bisa diterima oleh semua pendaki adalah cuaca di Gunung Kerinci benar-benar tidak bisa diprediksi. Panas beberapa menit yang lalu bisa tiba-tiba berubah menjadi kabut tebal bahkan hujan. Sesampainya di puncak pun, jika mendapat pemandangan yang bagus itu adalah sebuah anugerah. Jika kurang beruntung seperti rombongan kami kemarin, yang terlihat hanya kabut tebal dan rintik hujan.
Jadi, rekomendasiin Gunung Kerinci?
Well, tergantung konteksnya. Menurutku sebagian besar pendaki memilih Gunung Kerinci karena ingin mencari pengalaman, bukan pemandangan. Dan memang benar, banyak hal baru yang kami dapatkan selama pendakian. Sekarang aku baru bisa paham kenapa ada istilah Gunung di Sumatera beda dengan Gunung di Jawa haha!. Namun jika yang dicari adalah pemandangan, sunrise yang ciamik, lautan awan, foto-foto instagramable, mungkin baiknya ke Semeru, Rinjani, atau Prau yang kecil-kecil tapi pemandangannya keren.
Setelah melewati batas vegetasi, treking didominasi dengan pasir dan bebatuan. Yang harus diwaspadai adalah kabut tebal yang seringkali turun, jadi rombongan tidak boleh terpisah terlalu jauh agar bisa saling menjaga. Belerang juga mulai tercium di atas jam 9 pagi. Setiap pendaki harus selalu aware dengan lingkungan. Kita bisa melihat tanda belerang dari batu. Jika batu berubah menjadi merah, maka itu berarti belerangnya mengandung racun. Setiap pendaki harus segera turun, tidak panik, usahakan nafas dengan berdiri, dan jangan lupa memakai buff.
Pendakian saya dan tim kemarin terasa berat karena hujan mengiringi kami sejak dari pos 3. Hujan yang turun membuat medan lumpur menjadi licin hingga menenggelamkan sepatu, merubah jalur pendakian menjadi jalur air, jarak pandang terbatas, dingin, dsb. Salah satu hal yang harus bisa diterima oleh semua pendaki adalah cuaca di Gunung Kerinci benar-benar tidak bisa diprediksi. Panas beberapa menit yang lalu bisa tiba-tiba berubah menjadi kabut tebal bahkan hujan. Sesampainya di puncak pun, jika mendapat pemandangan yang bagus itu adalah sebuah anugerah. Jika kurang beruntung seperti rombongan kami kemarin, yang terlihat hanya kabut tebal dan rintik hujan.
Jadi, rekomendasiin Gunung Kerinci?
Well, tergantung konteksnya. Menurutku sebagian besar pendaki memilih Gunung Kerinci karena ingin mencari pengalaman, bukan pemandangan. Dan memang benar, banyak hal baru yang kami dapatkan selama pendakian. Sekarang aku baru bisa paham kenapa ada istilah Gunung di Sumatera beda dengan Gunung di Jawa haha!. Namun jika yang dicari adalah pemandangan, sunrise yang ciamik, lautan awan, foto-foto instagramable, mungkin baiknya ke Semeru, Rinjani, atau Prau yang kecil-kecil tapi pemandangannya keren.
Taken by Hasrul (@sruuuul) |
Read more about this trip:
No comments