Desa Sembalun: Where Everything Seems So Magical

Desa Sembalun


Puas main-main di Gili Trawangan kami langsung beres-beres buat lanjut ke Sembalun. Kami nyebrang lagi menuju Pelabuhan Bangsal pake public boat, sama kaya pas kita nyebrang menuju Gili Trawangan. Di Bangsal kami sudah janjian ambil mobil yang akan kita sewa. For the rest of the trip kita nyetir sendiri pake mobil yang kita sewa di Lombok Persada Travel. Ada banyak persewaan mobil maupun motor di Lombok, baik pake driver atau yang lepas kunci.


Menuju Sembalun dari Bangsal sebenernya paling deket lewat jalur utara. Tapi karena kita pengen banget nyobain Sate Rembiga, salah satu kuliner khas Lombok, jadilah kita bela-belain lewat jalur Selatan which nambah dua jam perjalanan haha! Sate Rembiga yang kami coba kemarin adalah Sate Rembiga Ibu Sinnaseh yang ada di Jl. Dr. Wahidin No.11B. Satenya enak pake banget! Plus harganya juga termasuk murah untuk ukuran sate full daging tanpa gajih dan tetelan. Mana dapet 25 ribu 10 tusuk di Jakarta yekan. Sate pusutnya juga enak tapi terlalu pedes kalo buatku yang cupu ini.


Sate Rembiga Sinnaseh

Sate Rembiga Sinnaseh


Beres makan kita langsung tancap gas lagi menuju Sembalun. Sembalun, atau Lembah Sembalun, adalah suatu desa yang terletak di kaki Gunung Rinjani yang memiliki ketinggian 1.156 mdpl. Desa yang masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani ini terbentuk dari sisa kaldera gunung api purba yang terbentuk sekitar 0,45 juta tahun yang lalu. Areal persawahan di Sembalun adalah lantai kaldera, sedangkan perbukitan yang mengelilingi lantai kaldera adalah dinding kaldera yang masih tersisa.


Menuju Sembalun dari Sate Rembiga Ibu Sinnaseh memakan waktu kurang lebih dua jam. Setelah melewati Lombok Tengah yang lumayan macet jalur ke pasar induk, barulah kita memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Jalanan mulai naik turun tapi aksesnya udah enak dan aspalnya mulus. Ada beberapa jalan rusak yang lagi proses dibetulin bekas longsor beberapa waktu yang lalu. Di sepanjang jalan banyak ditemui kera yang lagi nongkrong aja gitu di pinggir jalan. Nggak disarankan buat kasih mereka makanan ya, karena bisa menghilangkan insting berburunya since mereka merasa gampang mendapatkan makanan dari manusia tanpa cari sendiri.


Kera Sembalun

Jalan Menuju Sembalun


Saat mendekati Desa Sembalun, di kiri jalan kita akan melewati Gardu Pandang Pusuk Sembalun. Disini kita bisa melihat pemandangan Desa Sembalun beserta bukit dan gunung yang mengelilinginya. Masuk ke kawasan ini sebenernya gratis, cuma ada masyarakat sekitar yang meminta kita membayar Rp 5.000,- per orang. Ada banyak kera liar yang berkeliaran disini, so be careful kalo ada yang bawa makanan karena menarik perhatian mereka.


Pusuk Sembalun

Pusuk Sembalun

Pusuk Sembalun

Desa Sembalun dari Pusuk

Pusuk Sembalun

Jarak gardu pandang ke Sembalun nggak gitu jauh, jalan 15 menit sampailah kita di Desa Sembalun. Dari awal sampe sini kita langsung amaze, the view soo magical. Desa ini dikelilingi oleh bukit-bukit di samping kanan, kiri, depan, belakang. Di bawah bukit-bukit itu bisa kita lihat persawahan dengan warna beraneka ragam. Di sepanjang jalan di Sembalun banyak kita lihat masyarakat yang menjajakan buah stroberi dari perkebunan di Sembalun. Kalo mau experiece metik stroberi dari kebunnya langsung juga bisa. Aiishh I wish I could capture the beautiful of Sembalun trough picture, cuma gimanapun lebih bagus pas diliat langsung dengan mata sendiri.


View di balik gorden Rinjani Green Park

View di balik gorden Rinjani Green Park


Kami menginap di Rinjani Green Park. Fasilitas kamarnya standar tapi yang the best emang view-nya. Buka gorden langsung ngeliat jajaran perbukitan di Taman Nasional Gunung Rinjani. Salah satu hal yang kuliat bedanya Sembalun dengan wisata serupa di tempat lain, macam Gunung Bromo, Kawah Ijen, dsb adalah di Sembalun sebagian besar masyarakatnya hidup seadanya tanpa mengubah nature dari kawasan ini menjadi tempat wisata. Turis atau pengunjung yang datang kesini juga diterima apa adanya, nggak ada harga yang dimahal-mahalin jadi kita juga merasa nyaman.


Malam hari di Sembalun bener-bener gelap gulita. Ada sih beberapa lampu di jalan tapi aktivitas masyarakat disini udah nggak ada. Warung-warung juga mostly udah tutup selepas magrib. Cuma kedenger sayup-sayup orang ngaji di masjid yang bisa di denger hampir di seluruh penjuru Sembalun.


Paginya kami bangun lebih awal. Setelah sholat subuh kami coba keluar buat nyari sunrise walau kami tau sunrise nggak akan keliatan disini kecuali naik lebih tinggi, di puncak Rinjani atau Bukit Pegasingan. Bener aja, cuma keliatan slightly ungu-merah langit karena mataharinya ada di balik bukit. Jadi pas muncul udah terang aja gitu, paham nggak maksudnya? haha!


Sunrise Sembalun

Sunrise Sembalun

Sunrise Sembalun


Jam 7-an kami jalan ke Bukit Selong. Bukit Selong adalah salah satu tempat wisata di Sembalun dimana kita bisa ngeliat pemandangan Sembalun dari atas tanpa capek-capek treking. Menuju desa ini dari Sembalun gampang banget. Tinggal ikutin petunjuk jalan, lewatin perkampungan warga dan hutan bambu sebentar, barulah kita sampai di Bukit Selong. Tiket masuk Bukit Selong dihargai Rp. 5.000,- per orang. Sebelum naik ke Bukit Selong, kita bisa melihat Rumah Adat Desa Beleq. Sadly kondisinya udah nggak gitu baik. Rumah-rumahnya juga udah pada rusak dan terlihat nggak dirawat dengan baik.


Bukit Selong Sembalun

Bukit Selong Sembalun

Bukit Selong Sembalun

Puncak Rinjani dari Bukit Selong

]Kita bisa liat Puncak Rinjani dari Bukit Selong. Makin diliat makin ngebayangin someday ada di puncak itu. Semoga suatu hari bisa terwujud ya. Mari aminkan bersama! Selain puncak rinjani, view persawahan dengan latar perbukitan juga gak kalah cakepnya. Bukit Selong bisa jadi pilihan buat yang gak mau capek-capek treking ke Bukit Pergasingan. Puas di Sembalun perjalanan kami dilanjut ke Bukit Merese dan Tanjung Aan yang ada di Lombok Tengah. So road trip here we go!


Read more about our Lombok journey in here.

No comments