Di hari kedua stay kami di Tampaksiring, kami sempetin buat main-main ke Desa Penglipuran yang ada di Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali. Desa ini mulai hype jadi tujuan wisata semenjak dinobatkan oleh UNESCO sebagai desa paling bersih di seluruh dunia pada tahun 2016 bersama dengan dua desa lainnya, yaitu Desa Giethoorn di Belanda dan Desa Mawlynnong di India.
Kami memutuskan untuk berangkat dari hotel pagi-pagi dengan asumsi kalo pagi masih belum terlalu banyak turis. Plus biar gak terlalu panas ajasih di jalannya hehe. Dari hotel menuju desa ini memakan waktu sekitar satu jam. Tak kusangka jauh ya bund ternyata. Desa ini terletak di jalur wisata Kintamani. Jadi yang sejalan mau ke Kintamani dari Denpasar bisa dicoba mampir kesini. Untuk akses jalan motor kesini dari Tampaksiring sebenernya udah enak banget walau beberapa kali kami masih ketemu jalan berlubang karena ulah Google Maps suggest fastest route yang ternyata gak fast-fast amat.
Sampe di Desa Penglipuran pukul 8 pagi, belum terlihat turis sama sekali selain kami dan dua orang lain yang baru dateng juga. Pos pembelian tiketpun juga belum dibuka. Oleh ibu-ibu yang kebetulan lagi bersihin halaman kami dipersilahkan masuk aja dulu, bayar tiketnya nanti waktu pulang. Tiketnya dihargai 25ribu untuk turis domestik, dan 50ribu untuk turis internasional (Februari 2022).
Kesan pertama dari desa ini adalah bersih. Yes emang sebersih dan serapih itu desanya. Dan karena lokasi desanya yang ada di 700m di atas permukaan laut, plus banyak banget pohon dan tanaman, bikin desa ini makin terasa asri dan damai. Arsitektur tiap rumah di desa ini masih dijaga bentuk dan kemiripannya satu sama lain dengan ciri khas "pintu gerbang" di setiap rumahnya. Sebenernya banyak rumah di Penglipuran yang dijadikan toko sovenir atau warung makan oleh warga disana. Tapi karena kami datengnya pagi banget, toko-toko tersebut belum pada buka.
Desa Penglipuran memiliki luas sekitar 112 hektar, yang mana sebagian besarnya merupakan hutan bambu yang juga jadi bagian dari kawasan wisata Desa Penglipuran. Ada sekitar 234 kepala keluarga di desa ini dengan mayoritas agama Hindu. Masyarakat desa ini sudah terbiasa menerima turis masuk ke wilayah mereka. Kami bisa merasakan sambutan hangat di tengah aktivitas pagi masyarakat di desa ini.
Bentuk keseluruhan Desa Penglipuran sebenernya mirip kaya "tangga" dengan puncak-nya adalah Pura Penataran. Pura ini masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah masyarakat desa ini. Di sebelah kiri Pura terdapat jalan menuju Hutan Bambu yang juga bisa dikunjungi oleh wisatawan. Kemarin kami nggak sempet main ke Hutan Bambu sih. Mentok di Pura Penataran aja lalu kembali turun ke arah parkiran motor.
Buat yang mau kesini, I strongly suggest datanglah waktu pagi saat belum banyak rombongan turis dan wisatawan datang. You will get better view about how beautiful Penglipuran is.
No comments