Rencana awal ke Roma sebenernya pengen ke Colloseum dan Vatican. Tapi, dengan kondisi hujan deres sepanjang hari, rencana ke Colloseum terpaksa batal karena kita gak mungkin hujan-hujanan seharian di sana. Kaki tangan bisa keriput brow. Akhirnya, rencana kita beralih ke Vatican Museum, yang terletak di negara terkecil di dunia yaitu Vatican City.
Kalo ditanya alasannya kenapa ke museum ini, jawaban jujurnya adalah karena ini indoor. Kita cuma gak pengen basah sepanjang hari haha. Tapi ternyata ada seribu orang turis yang berpikiran sama dengan kita. Jadilah antrian masuk ke museumnya aja udah chaos gak beraturan, simply overcrowded. And I must say, cara antri dan masuk ke museum ini tuh gak jelas. Kalo kita cari tiket Vatican Museum, hampir seluruhnya ngomong "Skip the line". Logika aja, kalo semuanya ngomong gitu, ya akhirnya pasti antri-antri juga gaksih. Itu juga yang kejadian sama kita kemarin. Mau pake tour apapun tetep aja ujung-ujungnya antri, dengan sistem yang gak jelas, di bawah hujan. Untung aja ada payung €5 yang meskipun ringkih tapi sungguh berguna.
Setelah drama tiket dan antrian, akhirnya bisa masuklah kita ke Museum Vatican. Museum ini adalah museum kesenian yang menampilkan koleksi katolik Roma. Ada 24 galeri di museum ini dan emang aslinya gede banget. Jangan suruh aku sebutin apa aja nama galerinya karena chaos banget selama di sana. Saking ramenya museum ini, kita bakal susah banget buat sekedar foto galerinya dengan proper. So please, excuse the bad pictures in this post.
Buat aku yang gak ada jiwa seni-seninya, mostly gak paham sih artinya gambar ini-itu apa. Untung ada suami yang setia jelasin meski aku kadang ngerti dan kadang iyain aja biar cepet lol. Ditambah kondisi yang rame banget, for me personally, experience-nya kurang enjoyable. Buat makan siang aja harus rebutan meja sama turis lain. Dan disini gak ada stall yang claim makananya halal yah, pinter-pinter cari aja mana yang sekiranya less haram. Walau gitu, di luar Museum Vatican ada banyak warung arab yang jual makanan sejenis nasi briyani gitu. Kita sempet bungkus makanan ini sebelum balik ke airport menuju Barcelona karena udah gak tahan ramenya.
Till next time, Roma. Semoga ada rejeki buat redemption trip ke negara ini.
No comments